WARTA SUNDA ONLINÉ

BENTANG TAMU

Sekda Purwakarta Sampaikan Penjelasan Bupati tentang RPJPD 2025-2045 pada Rapat Paripurna Tingkat I DPRD

Sekretaris Daerah Purwakarta nepikeun katerangan Bupati ngeunaan RPJPD 2025-2045 dina Rapat Paripurna DPRD Tingkat I. PURWAKARTA...

CAMPALA MEDAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Sampurasun. Pamaos Baraya Warta Sunda. SAKANTET UCAP LEBARAN 1445 H / 2024 M Bagéan ka-1 "Ti langit nu pangtebihna, dugi ka balébat panganggangna, nguyang muara hampura. Mugia langgeng dina wening ati. Wilujeng Boboran Siam." Cag. Bhaktos pun Anto Sukanto.

Duh! Angka Buta Huruf di Indonesia Masih 2,07 Persen, Kebanyakan Kaum Perempuan?

Agregasi Antara, Jurnalis · Kamis 07 September 2017 15:36 WIB
https: img.okeinfo.net content 2017 09 07 65 1771245 duh-angka-buta-huruf-di-indonesia-masih-2-07-persen-kebanyakan-kaum-perempuan-ZLz7eolmVf.jpgFoto: Ilustrasi
JAKARTA - Angka buta huruf di Indonesia kini tinggal 2,07 persen. Namun sayangnya, sebagian besar kaum perempuan lah yang mendominasi angka persentase tersebut. Data tersebut dipaparkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
"Sekitar dua per tiga dari 3,4 juta masyarakat yang buta huruf adalah kaum perempuan. Makanya, kami membuat program dengan melihat karakteristik gender dan lingkungan," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD dan Dikmas) Kemdikbud Harris Iskandar di Jakarta, baru-baru ini.
Ia mengatakan, pemerintah menyasar pada ibu-ibu di perdesaan dan kantong kemiskinan dengan memberdayakan di sektor ekonomi.
Pihaknya, lanjut dia, akan melakukan langkah pemberantasan buta huruf dengan cara merancang kebijakan keaksaraan yang terintegrasi kesetaraan, memperoleh data valid, membagi tanggung jawab sumber daya pemerintah dan pemerintah daerah, mendiversifikasikan layanan program, dan memangkas birokrasi layanan program.
"Untuk memberantas buta aksara, harus menyatukan dengan program lain, seperti kewirausahaan. Kalau tidak demikian, kita kembali akan buta aksara," katanya.
Haris mengatakan saat ini, bisa baca tulis dan berhitung saja tidak cukup, namun harus menguasai literasi sains, keuangan, teknologi, budaya dan lainnya.
"Mereka bisa kembali menjadi buta huruf, karena sering lupa dengan apa yang dipelajari. Makanya diintegrasikan dengan program taman bacaan masyarakat, wirausaha, dan lainnya."
Sementara, Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Abdul Kahar mengatakan pemberantasan buta huruf akan dilakukan hingga tiga bulan. Setelah itu masuk ke kelas keaksaraan lanjutan.
"Saya kira, literasi baca tulis dan numerik sudah selesai. Tapi kita mengatakan pada masyarakat untuk melek keuangan, kemudian teknologi agar tidak termakan berita bohong," ujar Kahar.
Saat ini, angka buta aksara masih terdapat di sejumlah provinsi, yakni Papua (28,75 persen), NTB (7,91 persen), NTT (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,58 persen), Kalimantan Barat (4,50 peren), Sulawesi Selatan (4,49 persen), Bali (3,57 persen), Jawa Timur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), dan Jawa Tengah (2,20 persen).
Sedangkan 23 provinsi lainnya sudah berada di bawah angka nasional. Jika dilihat dari perbedaan gender, tampak bahwa perempuan memiliki angka buta aksara lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah, yakni 1.157.703 orang laki-laki, dan perempuan 2.258.990 orang.

Subscribe to receive free email updates: